Tips Keluarga Bahagia Harmonis dan Romantis

بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Seiring makin bertambahnya usia pernikahan, kita makin menyadari bahwa ada hal-hal yang tetap sama, dan ada hal-hal yang tak terelakkan untuk berubah. Ada hal-hal yang harus diucapkan dan ada hal yang cukup disimpan dalam hati saja. Kita pun jadi belajar untuk mengartikan bahwa makna romantisme itu sendiri sangatlah luas.
Romantis tidak hanya soal bunga, candle light dinner (baik di resto ternama atau yang insidentil karena mati listrik), sekotak cokelat mahal, atau kartu ucapan “I Love You” yang sengaja ditinggalkan di meja sebelum berangkat kerja. Ternyata romantisme tidak cuma soal itu.
Untuk sebagian orang, romantis biasanya bisa digambarkan saat :
  • Seorang istri berletih-letih belajar memasak di awal pernikahan mereka, demi menciptakan menu yang disukai suaminya, meskipun ia sendiri tidak menyukainya.
  • Seorang suami telaten merawat istri dan anak-anaknya yang sedang sakit, mengambil alih semua tugas rumah tangga yang sanggup ia kerjakan.
  • Seorang suami dengan sigap mengganti popok si kecil yang terbangun tengah malam, saat sang istri terlelap karena kelelahan.
  • Sepasang suami istri bahu membahu merapikan rumah dan memandikan anak-anak ketika mereka sedang digegas waktu untuk pergi ke majlis ‘ilmu di suatu pagi.
  • Seorang suami membangunkan istrinya untuk sholat malam dengan lembut, dan memerciki wajahnya dengan air ketika matanya masih ingin terpejam.
  • Kerelaan seorang suami untuk menahan emosi ketika mendapati istrinya tengah marah, berlapang dada untuk memaafkan dan memberi udzur ketika sang istri bersalah.
  • Seorang suami berkata pada istri tercintanya: “mencari nafkah itu tanggung jawabku, tugasmu adalah mengurus rumah dan mendidik anak-anak kita”.
  • Seorang suami meminta sang istri untuk menutup aurat secara sempurna, sebagai bentuk penjagaan atas hartanya yang paling berharga.
  • Seorang suami atau istri menolak permintaan pasangannya yang tidak sesuai syari’at dengan cara yang penuh hikmah.
  • Seorang suami menundukkan pandangannya ketika ia tak sengaja berpapasan dengan lawan jenisnya saat jalan dengan sang istri, dan mengeratkan genggaman tangan mereka lebih erat lagi.
  • Seorang suami bersedia untuk mendengarkan cerita istrinya yang panjang lebar tak beraturan dan tak penting itu sampai tak sengaja ketiduran.
  • Tentang kesabaran seorang suami ketika sang istri menyambutnya di pintu dalam keadaan kacau balau, belum sempat mandi apalagi berhias, rumah berantakan tak berbentuk dan tak ada makanan tersaji di meja. Lalu sang suami berkata: “Nggak apa-apa, malam ini kita makan di luar yuk..
  • Kesediaan seseorang untuk menerima diri pasangannya seutuhnya, lengkap dengan segala kekurangan, kelebihan dan masa lalunya, tanpa banyak mengatur dan meminta.
  • Memandang wajah seseorang yang kita cintai dalam lelapnya setelah seharian penat bekerja dan sejenak menyadari, telah menghabiskan tahun-tahun penuh bahagia bersamanya, seseorang yang الله pilihkan untuk menemani pahit manis perjalanan hidup.
  • Sepasang suami istri saling mengingatkan dan menguatkan dalam kebenaran dan kesabaran, karena mereka tidak hanya menginginkan kebersamaan di Dunia saja, melainkan hingga ke Jannah-Nya.
  • Engkau melihat kedalam matanya di sela-sela obrolan santai kalian, dan menemukan masih ada cinta di sana. cinta yang sama seperti saat pertama kali bertemu dahulu.
Dan yang romantis adalah saat seorang suami memasangkan helm ke kepala istri tercintanya ketika mereka hendak bepergian dengan motor. :)

Ternyata banyak hal-hal romantis yang dilakukan pasangan, yang terkadang luput dari perhatian kita. Betapa sering pasangan berbuat baik kepada kita, tapi tak pernah puas kita untuk terus menuntut lagi dan lagi. Bahkan meminta sesuatu di luar kadar kesanggupan pasangan kita…! Astaghfirullah !!
Adakah kita seperti itu terhadap istri atau suami kita selama ini…?

Rasulullah SAW pun memperingatkan kita dalam sabdanya.

“Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum perempuan. Sahabat pun bertanya: “Mengapa (demikian), wahai Rasulullah صلى الله عليه و سلم?” Beliau صلى الله عليه و سلم menjawab: “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau صلى الله عليه و سلم menjawab: “Mereka kufur terhadap suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya.
Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang, kemudian ia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak ia sukai), niscaya ia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikit pun kebaikan pada dirimu!’” (HR al-Bukhari no 105)

Ulama pun menuturkan dalam syairnya indah berikut ini :

“Kulihat kaum laki-laki memukul istri mereka…
Namun tanganku lumpuh untuk memukul Zainab…
Zainab adalah Matahari, sedang perempuan lain adalah bintang-bintang…
Jika Zainab muncul, tak akan nampak lagi bintang-bintang…”
 (Siyar A‘lâm an-Nubalâ’ IV/106)

Banyak sisi baik dari pasangan yang membuat teduh hati ketika kita memandangnya, atau mungkin saat sekadar mengingatnya.
Jujurlah pada diri sendiri…
Pasangan kita saat ini, betapa ia begitu berjasa mendampingi kita sejak bertahun-tahun lamanya.
Dia lah tempat kita mencurahkan rasa.
Dia lah seseorang yang paling mengenal dan mengerti, siapa dan bagaimana kita sesungguhnya, dan memilih untuk tetap tinggal dan terus mencintai kita, setelah semua yang terjadi…
Cinta yang dulu mekar di awal-awal pernikahan, bisa pudar seiring berlalunya waktu. Ia bisa berubah menjadi layu sebelum akhirnya mati dan musnah. Maka rawatlah cinta itu agar selalu berkembang dan terawat. Siramilah perasaan itu dengan hal-hal yang romantis dan penuh makna, namun sederhana.

Sederhanakanlah…!

Seperti membukakan pintu mobil untuk istri tercinta bagi yang punya mobil, atau memasangkan helm ke kepalanya ketika hendak bepergian dengan motor. Atau merapikan anak rambut yang ‘mengintip’ dari balik jilbabnya dengan tatapan penuh kasih-sayang. Atau seperti ungkapan cinta yang terlihat remeh, kecil dan sepele, tapi penuh makna.
Setidaknya bagi dirinya, seseorang yang kita cinta.
Itulah cinta karena الله yang sejati dan abadi…!

والله أعلم بالصواب 
Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah

Post a Comment

0 Comments